Hidup berdampingan dengan penyakit diabetes melitus akan terasa berat dan sulit jika penderita tidak siap secara mental. Dengan ancaman munculnya komplikasi penyakit diabetes melitus lainnya, mungkin penderita akan stress dan malah membuat penyakitnya menjadi lebih parah. Seseorang yang mengidentifikasi adanya gejala awal penyakit diabetes melitus pada dirinya, maka sudah waktunya untuk merubah pola hidup yang kurang sehat (Baca : 6 Faktor Penyebab Penyakit Diabetes Melitus Akibat Pola Hidup Yang Kurang Sehat).
Penderita penyakit diabetes melitus harus disiplin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah. Karena semakin lama menderita penyakit ini, maka semakin tinggi pula resiko mengalami komplikasi penyakit diabetes melitus. Glukosa darah yang tinggi terus-menerus dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan pembuluh darah kecil (efek mikrovaskuler) dan pembuluh darah besar (efek makrovaskuler) beserta penyakit yang ditimbulkannya.
Penderita penyakit diabetes melitus harus disiplin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah. Karena semakin lama menderita penyakit ini, maka semakin tinggi pula resiko mengalami komplikasi penyakit diabetes melitus. Glukosa darah yang tinggi terus-menerus dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan pembuluh darah kecil (efek mikrovaskuler) dan pembuluh darah besar (efek makrovaskuler) beserta penyakit yang ditimbulkannya.
Efek Mikrovaskuler
Komplikasi penyakit diabetes melitus akibat kerusakan pembuluh darah kecil antara lain :
1. Kerusakan Retina Mata (Retinopati)
Kerusakan retina terjadi secara bertahap. Pada awalnya, pembuluh darah di mata menjadi lebih besar di tempat-tempat tertentu (mikroaneurisma). Pembuluh darah juga bisa tersumbat dan pecah sehingga cairan bisa bocor ke retina. Pada tahap selanjutnya, pembuluh-pembuluh darah baru mulai tumbuh di mata. Pembuluh tersebut rapuh dan mudah mengalami perdarahan. Bekas luka yang awalnya kecil kemudian terus berkembang, baik di retina dan di bagian lain dari mata (vitreous).
Akibatnya, berbagai masalah penglihatan seperti kehilangan ketajaman, kehilangan penglihatan warna, dan bahkan kebutaan total dapat terjadi. Yang terakhir ini terjadi ketika pembuluh-pembuluh darah kecil bocor parah sehingga darah mengalir deras keluar dan menutupi sebagian besar retina. Sel-sel retina menjadi rusak permanen.
Diabetes dapat menyebabkan kerusakan organ-organ mata sehingga penglihatan menjadi kabur atau hilang (buta). Selain Retinopati kerusakan yang lain adalah Katarak dan Glaukoma.
2. Kerusakan Ginjal (Nefropati)
Ginjal terdiri dari jaringan pembuluh darah kecil yang sangat halus dan membentuk filter yang berperan menghilangkan racun. Filter tersebut secara selektif meloloskan sampah dari pembuluh darah dan mengumpulkannya di dalam urin, sementara zat-zat berguna dalam darah seperti protein, antibodi, dan lainnya ditahan untuk dikembalikan ke dalam aliran darah.
Akibat penyakit diabetes melitus, pembuluh-pembuluh darah kecil itu rusak atau mengalami “kebocoran”. Kondisi ini dapat membuat ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring kelebihan kadar glukosa darah yang tidak terserap karena kekurangan insulin atau resistensi insulin.
Pada akhirnya ginjal dapat mengalami kerusakan secara bertahap, mulai dari hyperfiltrasi (pembengkakan ginjal karena bekerja terlalu keras), mikroalbuminuria (kerusakan membran penyaring sehingga sebagian protein masuk ke dalam darah dan urin), sampai akhirnya menjadi gagal ginjal. Penyakit diabetes melitus adalah salah satu penyebab paling umum terjadinya gagal ginjal.
3. Kerusakan Saraf (Neuropati)
Sekitar 50% penderita diabetes melitus pada akhirnya mengalami kerusakan saraf, baik bersifat sementara atau permanen. Kerusakan sistem saraf yang paling jelas dan umum adalah di bagian kaki dan tungkai yang biasanya ditandai rasa kesemutan, kehilangan sensasi (mati rasa) atau nyeri di jari-jari kaki, kemudian naik secara bertahap hingga tungkai.
Jika kaki sudah mati rasa, Anda harus sering memeriksa kaki Anda, karena sangat mungkin Anda tidak merasakan apa-apa bila terjadi luka di kaki (misalnya karena tertusuk kaca). Bila luka itu kemudian terjadi infeksi dan meluas, mungkin satu-satunya jalan adalah amputasi agar infeksi tidak terus menyebar.
1. Kerusakan Retina Mata (Retinopati)
Kerusakan retina terjadi secara bertahap. Pada awalnya, pembuluh darah di mata menjadi lebih besar di tempat-tempat tertentu (mikroaneurisma). Pembuluh darah juga bisa tersumbat dan pecah sehingga cairan bisa bocor ke retina. Pada tahap selanjutnya, pembuluh-pembuluh darah baru mulai tumbuh di mata. Pembuluh tersebut rapuh dan mudah mengalami perdarahan. Bekas luka yang awalnya kecil kemudian terus berkembang, baik di retina dan di bagian lain dari mata (vitreous).
Akibatnya, berbagai masalah penglihatan seperti kehilangan ketajaman, kehilangan penglihatan warna, dan bahkan kebutaan total dapat terjadi. Yang terakhir ini terjadi ketika pembuluh-pembuluh darah kecil bocor parah sehingga darah mengalir deras keluar dan menutupi sebagian besar retina. Sel-sel retina menjadi rusak permanen.
Diabetes dapat menyebabkan kerusakan organ-organ mata sehingga penglihatan menjadi kabur atau hilang (buta). Selain Retinopati kerusakan yang lain adalah Katarak dan Glaukoma.
2. Kerusakan Ginjal (Nefropati)
Ginjal terdiri dari jaringan pembuluh darah kecil yang sangat halus dan membentuk filter yang berperan menghilangkan racun. Filter tersebut secara selektif meloloskan sampah dari pembuluh darah dan mengumpulkannya di dalam urin, sementara zat-zat berguna dalam darah seperti protein, antibodi, dan lainnya ditahan untuk dikembalikan ke dalam aliran darah.
Akibat penyakit diabetes melitus, pembuluh-pembuluh darah kecil itu rusak atau mengalami “kebocoran”. Kondisi ini dapat membuat ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring kelebihan kadar glukosa darah yang tidak terserap karena kekurangan insulin atau resistensi insulin.
Pada akhirnya ginjal dapat mengalami kerusakan secara bertahap, mulai dari hyperfiltrasi (pembengkakan ginjal karena bekerja terlalu keras), mikroalbuminuria (kerusakan membran penyaring sehingga sebagian protein masuk ke dalam darah dan urin), sampai akhirnya menjadi gagal ginjal. Penyakit diabetes melitus adalah salah satu penyebab paling umum terjadinya gagal ginjal.
3. Kerusakan Saraf (Neuropati)
Sekitar 50% penderita diabetes melitus pada akhirnya mengalami kerusakan saraf, baik bersifat sementara atau permanen. Kerusakan sistem saraf yang paling jelas dan umum adalah di bagian kaki dan tungkai yang biasanya ditandai rasa kesemutan, kehilangan sensasi (mati rasa) atau nyeri di jari-jari kaki, kemudian naik secara bertahap hingga tungkai.
Jika kaki sudah mati rasa, Anda harus sering memeriksa kaki Anda, karena sangat mungkin Anda tidak merasakan apa-apa bila terjadi luka di kaki (misalnya karena tertusuk kaca). Bila luka itu kemudian terjadi infeksi dan meluas, mungkin satu-satunya jalan adalah amputasi agar infeksi tidak terus menyebar.
Efek Makrovaskuler
Komplikasi penyakit diabetes melitus akibat kerusakan pembuluh darah besar adalah penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Penderita penyakit diabetes melitus lebih berisiko terkena penyakit kardiovaskular dua sampai empat kali lipat dibandingkan masyarakat umum. Risiko terkena penyakit kardiovaskuler ini tergantung pada faktor usia, faktor genetik, serta ada tidaknya hipertensi, hiperkolesterolemia (kelebihan kolesterol), dan kebiasaan merokok.
Gula darah yang tinggi mempercepat proses aterosklerosis pada pembuluh-pembuluh darah besar seperti aorta, arteri koroner, atau arteri yang memasok darah ke kaki dan otak. Akibatnya, risiko serangan jantung dan stroke jauh lebih besar pada penderita diabetes melitus daripada non-penderita yang memiliki usia, ras, berat badan, dan jenis kelamin yang sama.
Gula darah yang tinggi mempercepat proses aterosklerosis pada pembuluh-pembuluh darah besar seperti aorta, arteri koroner, atau arteri yang memasok darah ke kaki dan otak. Akibatnya, risiko serangan jantung dan stroke jauh lebih besar pada penderita diabetes melitus daripada non-penderita yang memiliki usia, ras, berat badan, dan jenis kelamin yang sama.
Kerentanan Terhadap Infeksi
Penderita diabetes melitus cenderung mengalami infeksi lebih sering dan lebih parah daripada orang umum, termasuk infeksi yang sulit disembuhkan pada kulit, gusi, saluran pernafasan, vagina dan kandung kemih.
Hal ini karena ada hubungan antara infeksi penyakit dengan diabetes. Gula merupakan media yang baik untuk pertumbuhan cepat dan berlimpah bagi kuman infeksi. Selain itu, gula darah yang tinggi mengganggu pergerakan sel-sel fagosit yang membunuh kuman.
Penderita penyakit diabetes melitus dapat memperlambat perkembangan komplikasi di atas dengan memantau dan mengendalikan tiga faktor, yaitu :
- Kontrol Gula Darah.
Sedapat mungkin kendalikan glukosa darah hingga pada kadar normal atau mendekati normal sesuai saran dokter.
- Kontrol Tekanan Darah.
Kendalikan tekanan darah agar normal atau mendekati normal. Tekanan darah normal mencegah kerusakan pada mata, ginjal dan sistem kardiovaskular. Periksa tekanan darah Anda secara teratur.
- Kontrol kolesterol.
Pastikan kolesterol darah Anda selalu normal atau mendekati normal. Hal ini untuk mencegah penyakit jantung, masalah utama pada penderita diabetes melitus.
Hal ini karena ada hubungan antara infeksi penyakit dengan diabetes. Gula merupakan media yang baik untuk pertumbuhan cepat dan berlimpah bagi kuman infeksi. Selain itu, gula darah yang tinggi mengganggu pergerakan sel-sel fagosit yang membunuh kuman.
Penderita penyakit diabetes melitus dapat memperlambat perkembangan komplikasi di atas dengan memantau dan mengendalikan tiga faktor, yaitu :
- Kontrol Gula Darah.
Sedapat mungkin kendalikan glukosa darah hingga pada kadar normal atau mendekati normal sesuai saran dokter.
- Kontrol Tekanan Darah.
Kendalikan tekanan darah agar normal atau mendekati normal. Tekanan darah normal mencegah kerusakan pada mata, ginjal dan sistem kardiovaskular. Periksa tekanan darah Anda secara teratur.
- Kontrol kolesterol.
Pastikan kolesterol darah Anda selalu normal atau mendekati normal. Hal ini untuk mencegah penyakit jantung, masalah utama pada penderita diabetes melitus.